Kamis, 14 Februari 2013

Cara Mendidik Anak



Salah satu tujuan pernikahan adalah memiliki keturunan (anak), dantentunya—yang diharapkan adalah keturunan yang shalih dan shalihah. Untuk membentuk keturunan shalih-shalihah, kita harus mendidik anak sesuai fase perkembangannya.
Ada 3 (tiga) fase perkembangan anak:
  • 7 tahun pertama, layani anak seperti raja
  • 7 tahun kedua, perlakukan anak seperti tentara
  • 7 tahun ketiga, jadikan anak seperti teman.


7 Tahun Pertama
Fase ini adalah masa ke-emas-an anak. Aspek penting yang mulai berkembang adalah perkembangan ke-aku-annya, sehingga masa ini disebut masa “raja” bagi anak. Apa yang diinginkan harus dipenuhi.
Aktifitas utama pada masa ini adalah bermain. Bagi anak berusia di bawah 7 tahun, bermain difantasikan sebagai bekerja, sehingga apa yang dilakukan orang dewasa akan ditirunya. Seperti main masak-masakan, mencuci, memanjat, dan sebagainya. Aktifitas ini akan membuat rumah berantakan. Sepanjang hal itu tidak berbahaya, sebaiknya dibiarkan saja. Agar imajinasi dan kreatifitas anak terus berkembang.
Ada sebuah adagium: Jangan main-main dengan permainan anak-anak. Karena anak-anak tidak pernah main-main dengan permainannya.
Pada masa ini, juga orang tua tidak perlu malu jika mendapati anak berperilaku buruk, seperti mencuri, menggigit, mengamuk, dan sebagainya. Semakin anak menampakkan prilaku buruk, semakin mudah bagi orang tua untuk membimbing. Bukan memukul atau menyakiti. Bagi anak, orang tua adalah teman yang  melindungi, memberi kenyamanan dan keamanan.

7 Tahun Kedua
Pada masa ini, orang tua harus mulai mengenalkan kedisiplinan. Anak dan orangtua duduk bersama untuk menetapkan; apa kewajiban dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Misalnya, maghrib harus mengaji, pagi harus sekolah, tidak boleh merokok, kalau keluar rumah harus pamit, dsb. Jika melanggar akan dihukum. Hukumannya harus mendidik, seperti menulis 5 ayat Al-Qur’an, membaca satu surah Al-Qur’an, dsb. Begitu pula jika anak melakukan kebaikan, orang tua harus memberi penghargaan atau hadiah. Misalnya anak shalat tepat waktu dan tidak bolong, jujur, sering membantu orang tua, dsb. Maka orang tua harus memberi hadiah pulpen, buku, kotak pencil, dan sebagainya.

7 Tahun Ketiga
Masa ini adalah fase menjelang baligh. Pertumbuhan fisiknya lebih cepat dari perkembangan jiwanya. Apalagi didukung oleh perkembangan teknologi informasi, baik televisi, hp, hingga internet. Orang tua harus tahu dengan siapa anaknya bergaul, agar ia tumbuh menjadi anak yang bertanggung jawab.
Pada masa ini, orangtua harus benar-benar mendampingi anak, mendengar keluh kesahnya, menjawab segala hal yang ingin diketahuinya. Jangan sampai anak mengetahui dari teman atau internet. Ini akan sangat berbahaya. Orangtua harus memberitahu sebelum ia diberitahu oleh orang lain.
Curahkan perhatian dan kasih sayang  pada anak, supaya ia tidak mencari perhatian dan kasih sayang dari orang  lain.

Pendidikan Rohani
Untuk pendidikan rohaninya,  orang tua harus mengenalkan Allah dan Rasulullah pada anak-anak sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Kebanyakan kita saat shalat, menitipkan anak pada neneknya, atau bahkan suami-istri bergantian shalat demi menjaga anak. Padahal sebaiknya orang tua shalat bersama dan mengajak anak menyaksikan mereka shalat. Hal itu akan memudahkan orangtua untuk mengajak anak melaksanakan shalat, saat ia besar nanti.
Anak ibarat pohon. Jika kita siram dengan do’a, kita pupuk dengan ilmu, dan kita musnahkan ulat-ulat pergaulan bebas yang akan merusak, maka ia akan tumbuh dengan indah.
Allah punya rencana besar bagi anak-anak kita. Merekapun punya rencana besar bagi diri mereka sendiri. Cukuplah orangtua menjadi fasilitator dalam membimbing mereka pada rencana Allah.
Seorang anak tidak akan mengerti betapa repotnya orangtua, sebelum mereka menjadi orangtua. Tapi kita tentu bisa memahami anak, karena kita dulu pernah menjadi anak-anak. (Syarim)