Salah satu tujuan pernikahan adalah memiliki
keturunan (anak), dan—tentunya—yang diharapkan adalah keturunan
yang shalih dan shalihah. Untuk membentuk keturunan
shalih-shalihah, kita harus mendidik anak sesuai fase perkembangannya.
Ada 3 (tiga) fase
perkembangan anak:
- 7 tahun pertama, layani anak seperti raja
- 7 tahun kedua, perlakukan anak seperti tentara
- 7 tahun ketiga, jadikan anak seperti teman.
7
Tahun Pertama
Fase ini adalah masa ke-emas-an anak. Aspek penting yang mulai berkembang adalah
perkembangan ke-aku-annya, sehingga masa ini disebut masa “raja” bagi anak. Apa yang diinginkan harus
dipenuhi.
Aktifitas utama pada masa ini
adalah bermain. Bagi anak berusia di bawah 7 tahun, bermain difantasikan
sebagai bekerja, sehingga apa yang dilakukan orang dewasa akan ditirunya. Seperti
main masak-masakan, mencuci, memanjat, dan sebagainya. Aktifitas ini akan
membuat rumah berantakan. Sepanjang hal itu tidak berbahaya, sebaiknya
dibiarkan saja. Agar imajinasi
dan kreatifitas anak terus berkembang.
Ada
sebuah adagium: Jangan main-main dengan permainan anak-anak. Karena anak-anak
tidak pernah main-main dengan permainannya.
Pada masa ini, juga orang tua
tidak perlu malu jika mendapati anak berperilaku buruk, seperti mencuri, menggigit,
mengamuk, dan sebagainya. Semakin
anak menampakkan prilaku buruk, semakin mudah bagi orang tua untuk membimbing.
Bukan memukul atau menyakiti. Bagi
anak, orang tua adalah teman yang melindungi, memberi kenyamanan dan keamanan.
7
Tahun Kedua
Pada masa ini, orang tua harus
mulai mengenalkan kedisiplinan. Anak dan orangtua duduk bersama untuk
menetapkan; apa kewajiban dan apa yang tidak boleh dilakukan anak. Misalnya, maghrib
harus mengaji, pagi harus sekolah, tidak boleh merokok, kalau keluar rumah
harus pamit, dsb. Jika melanggar akan dihukum. Hukumannya harus mendidik, seperti
menulis 5 ayat Al-Qur’an, membaca satu surah Al-Qur’an, dsb. Begitu pula jika
anak melakukan kebaikan, orang tua harus memberi penghargaan atau hadiah. Misalnya
anak shalat tepat waktu dan tidak bolong, jujur, sering membantu orang tua, dsb.
Maka orang tua harus memberi hadiah pulpen, buku, kotak pencil, dan sebagainya.
7 Tahun Ketiga
Masa ini adalah fase menjelang baligh.
Pertumbuhan fisiknya lebih cepat dari perkembangan jiwanya. Apalagi didukung
oleh perkembangan teknologi informasi, baik televisi, hp, hingga internet. Orang
tua harus tahu dengan siapa anaknya bergaul, agar ia tumbuh menjadi anak yang
bertanggung jawab.
Pada masa ini, orangtua harus benar-benar
mendampingi anak, mendengar keluh kesahnya, menjawab segala hal yang ingin diketahuinya. Jangan sampai anak mengetahui dari teman
atau internet. Ini akan sangat berbahaya. Orangtua harus memberitahu sebelum ia diberitahu oleh orang lain.
Curahkan perhatian dan kasih sayang pada anak, supaya
ia tidak mencari perhatian dan kasih sayang
dari orang lain.
Pendidikan Rohani
Untuk pendidikan rohaninya, orang tua harus mengenalkan Allah dan
Rasulullah pada anak-anak sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan. Kebanyakan
kita saat shalat, menitipkan anak pada neneknya, atau bahkan suami-istri bergantian
shalat demi menjaga anak. Padahal sebaiknya orang tua shalat bersama dan mengajak anak menyaksikan mereka
shalat. Hal itu akan memudahkan orangtua untuk mengajak anak melaksanakan shalat, saat ia besar nanti.
Anak ibarat pohon. Jika kita siram dengan do’a, kita pupuk dengan ilmu, dan kita musnahkan “ulat-ulat” pergaulan bebas yang
akan merusak, maka ia akan tumbuh dengan indah.
Allah punya rencana besar bagi anak-anak kita. Merekapun punya rencana besar bagi diri mereka sendiri. Cukuplah orangtua menjadi fasilitator dalam membimbing mereka pada rencana Allah.
Seorang anak tidak akan mengerti betapa
repotnya orangtua, sebelum mereka menjadi orangtua. Tapi kita tentu bisa memahami anak, karena kita
dulu pernah menjadi anak-anak. (Syarim)