Kamis, 14 Februari 2013

Profil PP. Darul Ihsan, Pakamban Daya


Cerdas Intelektual, Emosional, dan Spiritual


Berawal dari sebuah surau kecil dari bambu (gedek), tempat Kiai Asrawi (w. 1957) mengajari santri-santrinya mengaji al-Qur’an. Karena tidak mempunyai keturunan, maka setelah ditinggal wafat oleh beliau, kegiatan di surau ini menjadi vakum. Tidak ada yang meneruskan. Ini berlangsung dalam rentang waktu tiga tahun. Sampai akhirnya masyarakat mendesak Kiai Musyaffa’ selaku keponakan Kiai Asrawi untuk meneruskan amanah mengajar ngaji dan membuka hati umat.

Awalnya, permintaan ini ditolak oleh Kiai Musyaffa`, dengan alasan umur beliau masih muda dan masih berstatus sebagai santri di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk.

Tiga tahun kemudian, tepatnya tahun 1960, atas dasar pertimbangan pihak keluarga dan desakan masyarakat, Kiai Musyaffa’ menyatakan bersedia untuk meneruskan perjuangan almarhum Kiai Asrawi. Sejak saat itulah santri berdatangan untuk belajar mengaji al-Qur’an dan kitab kuning.

***

Dari tahun ke tahun, jumlah santri terus meningkat sedangkan fasilitas sangat terbatas. Karena itu, keluarga pesantren lalu berembuk dengan masyarakat untuk membuat pondok sebagai tempat tinggal. Masyarakat sangat setuju, sehingga sejak saat itulah Pondok Pesantren Darul Ihsan berdiri sebagai lembaga harapan umat.

Di samping berfungsi sebagai lembaga pendidikan, PP. Darul Ihsan juga bergerak di bidang dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Kepada santri-santrinya, Kiai Musyaffa’ menanamkan sikap peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan sosial. Sebab, bagi beliau, tugas santri bukan semata membaca ajaran Islam secara tekstual, tetapi juga bagaimana menerapkannya secara kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. “Kerja lebih berharga dibanding wacana,” ungkapnya.  

Saat ini, PP. Darul Ihsan sudah memiliki lembaga pendidikan dari jenjang Raudhatul Athfal (RA) Al-Ihsan III/A (2000), Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ihsan III/A (1960), Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Ihsan (1994), hingga Madrasah Aliyah (MA) Darul Ihsan (2002). Jenjang-jenjang pendidikan ditargetkan dapat menanamkan prinsip-prinsip kehidupan yang kokoh berlandaskan keimanan, ketakwaan, dan akhlak luhur. Juga berwawasan luas, cakap, terampil, kreatif, serta memiliki etos kerja dan tanggung jawab sosial. “Pokoknya santri harus serba bisa,’’ imbuhanya.

Dalam melaksanakan tugas kepesantrenan, Kiai Mushaffa dibantu oleh dua putranya, jebolan Pondok Pesantren Al Ihsan Jaddung, yaitu Kiai M. Helmi, S.Pd. dan Kiai Abd Halim, S.Ag. MM. Dalam waktu relatif singkat, pondok pesantren yang kini menampung kurang lebih 500 orang santri putra-putri ini bisa dikatakan berkembang secara signifikan. Ini diakui Kiai Musyaffa’ sebagai buah manis dari upaya maksimal dan kekompakan kolektif antar pengelola dan antar asatidz (dewan guru).

Untuk mengembangkan beragam bentuk keahlian santri, kini PP. Darul Ihsan melakukan langkah-langkah teroboson. Mulai dari Program Pondok Sepekan, Lomba Pentas Ekspresi (LPE) setengah tahunan, Bulan Berprestasi, Lembaga Pengembangan Bahasa Arab Darul Ihsan (LPBAD), Forum Kajian Kitab Kuning (FK3), Darul Ihsan English Club (DEC), Forum Kajian Darul Ihsan (FKDI), dan Festival Karya Tulis Darul Ihsan (FKTDI). Untuk meningkatkan kepekaan dan keterampilan santri, dibentuklah Persaudaraan Setia Hati (PSHT) dan Pramuka.

Alhamdulillah, Pramuka Darul Ihsan berhasil meraih prestasi, dari tingkat lokal, regional, hingga nasional. Pernah menjadi juara 1 Lomba LT III se-Kabupaten Sumenep, juara favorit lomba Sanggar Pallawa Tingkat jawaTimur di Blitar, delegasi Kabupaten Sumenep dalam LT IV di Pasuruan, serta delegasi Kabupaten Sumenep dalam Jambore Nasional (JAMNAS) di Teluk Gelam Palembang,” papar Hefni Yas Roheim, salah seorang guru di sana.

Dengan demikian, eksistensi Darul Ihsan sebagai garda pembinaan umat semakin memperoleh apresiasi dari masyarakat. “Semua ini berkat kerja keras dan sikap pengertian serta kebersamaan dari semua pihak. Kami akan berupaya lebih maksimal dan membuat langkah-langkah inovatif ke depan,” tutur Kiai Musyaffa’ menutup perbincangan. (hy-r)